Langit biru muda berpadu dengan
dedaunan kering yang beterbangan bebas, hingga jatuh tepat pada rambut seorang
gadis mungil dengan rambut kuncir satu, ciri khasnya. Daun itu meluncur dengan
asyiknya menuju pipi kiri yang memiliki lubang kecil, menjadikannya sangat
manis untuk dipandang. Kemudian diambilnya daun coklat kekuning-kuningan itu
dan diletakkanya ke ransel kecil biru itu. Dia melangkahkan kaki kanannya yakin
dari rumah sederhana dengan pagar kayu biru namun elegant. Seketika itu Vegy berdiri tegap. Memandang betapa indahnya
pagi . Bermacam-macam awan yang menyatu dengan langit biru, andaikan saja hal
itu juga terjadi pada kehidupan nyata Vegy. ‘TIDAK!’ dia bergumam pasti dan
belari menuju sekolah favorit di Bogor ini.
“Hai Vegy? Selamat lagi dari waktu?”
Sapaan suara rupawan dari lelaki 12 cm lebih tinggi dari Vegy, putih dan juga
ceria.
“Hai juga Bobon.. Ya, tentu!”
Balasan Vegy dengan sapaan akrabnya pada laki-laki yang tubuhnya dipenuhi
tulang itu.
“Hei! Kenapa Bobon lagi sih? Tapi
kita udah janji. Dasar cewek Sesung..!”
“Kan, mulai.. bandel!”
“Siapa yang duluan ayo..?”
Tiba-tiba datang segerombolan
peempuan-perempuan cantik menuju meja, dimana mereka sedang berbincang seru.
“Nugy.. apa kabar? Ngobrol yuk didepan
sampai jam fisika selesai. Biar pintar..
Biarin aja Vegy disini sendirian. Dia udah pintar duluan kan?” Ucap seorang
gadis sinis yang lebih tinggi dari Vegy dngan rambut terurai ikal hingga
dipinggangnya. Dia adalah salah satu personil ‘sugar’, komplotan geng terkenal
di sekolah itu.
“Apaan sih Mona? Duduk gue memang
disini, dibelakang Vegy. Gue gak mau di depan!”
“Ayolah Nugy, sekali ini saja..”
Lelaki itu berfikir keras. “Ok! Tapi
tetap sampai jam fisika!”
“Pasti!”
Gadis lesung pipit itu, kini sendiri.
Nugy yang bisanya meramaikan pembicaraan dan bertukar fikiran dengan Vegy dan
juga Febri teman sebangkunya, kini sepi karena dia hanya berbicara dengan Febri
yang duduk dibelakangnya.
Tak lama kemudian guru Fisika datang
di kelas 9x9 m ini dengan menggandeng murid asing yang tak pernah di lihat Vegy
sebelumnya. Dia berwajah putih kemerah-merahan di pipi tirusnya. Berponi lurus
yang panjangnya tepat diatas alis matanya dengan rambut terurai lurus dan
dihiasi kalung berbentuk ‘love’ yang mencerminkan kehidupan mewah dalam
kehidupannya.
“Hi,
guys.. I’m Angelita Tiffani. You can call me Angel, I moved from Jakarta..”
Perkenalan singkat, ramah dan Angel terdengar asyik untuk saling canda tawa.
“Hi, Angel…” Semua murid menyapanya.
“Hi, too..” Langkah Angel langsung
tertuju pada meja kosong disebelah Vegy. Dia terdiam sejenak, memikirkan apakah
Angel sanggup duduk disampingnya dengan kurun waktu 1 tahun?
“Hai…. Angel? Kabar baik?”
“Hai.. Ya tentu! Saya ngomong sama
siapa ya?” Liriknya menuju dua buah bola mata coklat Vegy.
“Haha.. Iya! Saya Vegy. Armeita
Vegy..”
“ Kabar baik Vegy?”
“ Semoga…”
Satu kata terakhir itu membuat Angel
berfikir sejenak tentang Vegy. Dia merasakan sesuatu yang tidak seharusnya
keluar dari mulut Vegy, namun dia berusaha untuk mengeluarkanya dengan paksa!